Saya tak pernah tahu dan tak pernah menyangka bahwa malam itu saya memimpikan sesuatu yang benar-benar mengubah cara pandang saya yang salah selama ini. Cerita ini berawal dari kebiasaan saya yang selalu cemas dan khawatir akan kehidupan. Cemas jika barang-barang kesayangan saya rusak, masalah yang menghambat pekerjaan, orang-orang yang saya cintai pergi, atau hewan peliharaan yang mati.
Sore itu, sebuah miniatur kecil menara Paris yang saya dapat dari hasil berburu ke negara Perancis, didapati pecah karena tersenggol oleh keponakan saya yang sedang bermain kerumah saat itu. Ia tidak sengaja berlari dan menyenggol lemari yang didalamnya terpajang miniatur tersebut. Hal ini membuat saya marah sekaligus sedih jika mengingat perjuangan saya memburu benda antik itu. Selang beberapa hari, anjing kesayangan saya mati setelah seminggu sebelumnya terlihat lemas dan tak mau makan. Bahkan menggonggong pun jarang. Kematian peliharaan saya ini semakin membuat saya sedih. Ya, hewan ini adalah kenangan yang saya punya dari kakak saya yang telah meninggal.
Dan pada suatu malam, saya tertidur dan bermimpi. Dalam mimpi itu saya bertemu dengan ibu saya yang sudah meninggal 7 tahun yang lalu. Saya tak henti-hentinya mengeluh atas apa yang telah terjadi dan merutuki apa yang ada. Kemudian, ibu saya menghampiri saya dalam mimpi.
“Anakku, semua yang kamu alami bisa kamu pikul. Mengapa kamu terus cemas dan takut seperti itu? Ingatlah, kamu mempunyai senjata kehidupan.”
Saya tak mengerti apa yang dimaksud oleh ibu saya tentang senjata kehidupan. Saya diam dan hanya mendengarkannya.
“Kita tak bisa mengendalikan semua hal dan kejadian yang kita alami. Senjata kehidupan itu adalah sesuatu yang tertutup oleh ketakutan, kekhawatiran, dan kegelisahanmu,”
Saya masih tak mengerti dengan kata-kata ibu dan saya pun bertanya apa maksud dari semua itu.
“Senjata kehidupan yang ibu maksud adalah rasa syukur dan ikhlas yang selama ini tertutup dalam dirimu. Terimalah apa adanya semua yang telah terjadi. Ikhlaskan dan bersyukurlah. Segala sesuatu sudah mempunyai waktunya sendiri. Mugkin memang sudah saatnya hewan peliharaanmu mati atau miniatur kesayaangmu hancur. Nak, hidup ini berharga, tak perlu kamu isi dengan mencemasi hal-hal yang dapat mengganggu hati dan hidupmu. Banyak hal yang menantimu di waktu yang akan datang. Ikhlaskanlah.”
Selesai ibu mengucapkan kata-kata itu, saya terbangun dan sadar bahwa saya baru saja bermimpi. Mimpi yang menyadarkan saya bahwa selama ini saya kurang bersyukur hingga perasaan cemas dan khawatir lebih mendominasi hati dan hidup saya. Khawatir, takut, cemas, semua itu hanya menutup mata saya akan keindahan dunia ini. Dan sejak saat itu saya mulai merubah pandangan saya dan terus bersyukur.
Sobat Gemintang, dari mimipi tersebut saya juga belajar bahwa rasa cemas berlebihan akan sesuatu yang mungkin terjadi akan lebih buruk dari apa yang terjadi nanti. Rasa cemas dan khawatir hanya akan menjadikan hal yang mudah menjadi terlihat sulit.
No comments:
Post a Comment